Andrea Dovizioso dikenal mulai terjun di kejuaraan dunia balap motor semenjak 2001, tepatnya di kelas 125cc bersama RCGM Rubicone Corse dan menggeber motor Aprilia RS125. Cukup satu musim, dia lalu hengkang ke Scot Racing Team yang memberikannya Honda RS125R.
Pun saat naik kelas ke 250cc dan MotoGP, pria asal Italia itu konsisten menunggangi motor Honda. Dia baru dipersenjatai motor Yamaha pada 2012, ketika direkrut oleh Monster Yamaha Tech3.
Belum tuntas menyelami YZR-M1, musim selanjutnya, dia terpesona dengan tawaran yang dikasih Ducati. Doviziso lalu angkat kaki berakhir menyajikan peringkat keempat.
Berpegang dari pengalaman singkat hal yang demikian, sang pebalap menetapkan turun gunung dan mendapatkan tawaran memperkuat regu satelit Yamaha, RNF Racing. Tetapi diluar dugaan dia justru kewalahan menjinakkan motor.
Pengembangan YZR-M1 dan MotoGP ketika ini diukur Dovizioso telah tak sepadan. Pria berusia 36 tahun itu mengaku sedikit kecewa dengan fakta hal yang demikian.
“Perubahan besar mengawali dengan Yamaha, aku tak menginginkan keadaan ini. Dikala aku mulai, aku sadar sebagian hal baik, melainkan juga batasan di zona tertentu. Kalau Anda tak menginginkan sesuatu seperti itu, karenanya itu adalah guncangan besar,” katanya dikabarkan dari Speedweek.com.
“Tak keadaan sulit kini sebab Anda terbiasa dengan itu. Tetapi, saat Anda mencoba merubah sesuatu dan tak dapat mengerjakannya, karenanya menjadi amat susah. Itu merupakan keadaan tersulit bagi aku sebab amat berbeda dari delapan tahun terakhir aku,” dia menerangkan.
Yamaha Meminta Franco Morbidelli Pantang Menyerah Dalam Mengendarai YZR-M1
Tak dapat diacuhkan bahwa daya kerja Franco Morbidelli sejauh ini masih belum demikian itu memuaskan. Hingga paruh pertama ditutup pada MotoGP Belanda lalu, Morbidelli cuma dapat sekali menembus posisi sepuluh besar (saat bertanding di GP Indonesia lalu). Dengan daya kerja yang berbanding terbalik dengan Fabio Quartararo, banyak orang mulai mencemooh Morbidelli sebab seolah-olah menjadi muatan dalam regu pabrikan Yamaha.
Massimo Meregalli yang tak ingin pebalapnya tertekan segera minta Morbidelli untuk terus berjuang. Pelaksanaan yang dihadapi memang sangatlah kompleks, namun semuanya masih dapat dilewati dengan kerja keras.
Belum tuntas menyelami YZR-M1, musim berikutnya, ia terpikat dengan tawaran yang diberikan Ducati. Doviziso lalu angkat kaki usai mempersembahkan peringkat keempat.
Berpegang dari pengalaman singkat tersebut, sang pebalap memutuskan turun gunung dan menerima tawaran memperkuat tim satelit Yamaha, RNF Racing. Namun diluar dugaan ia justru kewalahan menjinakkan motor.
Pengembangan YZR-M1 dan MotoGP saat ini dinilai Dovizioso sudah tidak berimbang. Pria berusia 36 tahun itu mengaku sedikit kecewa dengan fakta tersebut.
“Perubahan besar memulai dengan Yamaha, saya tidak mengharapkan situasi ini. Ketika saya mulai, saya sadar beberapa hal bagus, tapi juga batasan di area tertentu. Jika Anda tidak mengharapkan sesuatu seperti itu, maka itu merupakan guncangan besar,” katanya dilansir dari Speedweek.com.
“Tidak masalah sekarang karena Anda terbiasa dengan itu. Namun, ketika Anda mencoba mengubah sesuatu dan tidak bisa melakukannya, maka menjadi sangat sulit. Itu adalah situasi tersulit bagi saya karena sangat berbeda dari delapan tahun terakhir saya,” ia menjelaskan.
Yamaha Minta Franco Morbidelli Pantang Menyerah Dalam Mengendarai YZR-M1
Tidak bisa dipungkiri bahwa performa Franco Morbidelli sejauh ini masih belum begitu memuaskan. Sampai paruh pertama ditutup pada MotoGP Belanda lalu, Morbidelli hanya bisa sekali menembus posisi sepuluh besar (ketika berlaga di GP Indonesia lalu). Dengan performa yang berbanding terbalik dengan Fabio Quartararo, banyak orang mulai mencemooh Morbidelli karena seolah-olah menjadi beban dalam tim pabrikan Yamaha.
Massimo Meregalli yang tidak mau pebalapnya tertekan lantas meminta Morbidelli untuk terus berjuang. Proses yang dihadapi memang sangatlah rumit, tetapi semuanya masih bisa dilalui dengan kerja keras.